
Peluh yang Menggoda
10664Please respect copyright.PENANAAZ466tStZq
Hari itu kantor terasa seperti oven. AC di lantai dua rusak sejak pagi, dan semua karyawan terpaksa bekerja sambil berkeringat. Riska duduk di mejanya, sesekali menyeka peluh dari leher dengan tisu. Jilbabnya terlihat lembap di bagian dalam, dan seragam kerjanya mulai menempel di kulit.
10664Please respect copyright.PENANADffu81aznW
Ia gelisah, merasa tak nyaman. Bukan karena malu, tapi karena tubuhnya terasa gerah dan bau keringat mulai tercium oleh dirinya sendiri. Ia lupa memakai deodoran hari itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.
10664Please respect copyright.PENANAUZkY60aKZZ
Di seberangnya, Rian memperhatikan diam-diam. Pandangannya tajam, penuh niat tersembunyi.
10664Please respect copyright.PENANAtOBgDyPuSC
> “Ris, ada waktu bentar? Gue bingung ngisi form buat laporan divisi. Bisa bantuin?”
10664Please respect copyright.PENANAgfaajO1E2K
10664Please respect copyright.PENANAeDNVerVX6b
10664Please respect copyright.PENANAdpqpDnBjLB
Riska menoleh dan mengangguk cepat. “Boleh, Mas.”
10664Please respect copyright.PENANA67ktjiH8LH
Rian membawanya ke ruang arsip kecil yang sepi dan agak gelap. Tak ada kamera, dan suara dari luar sulit terdengar. Riska berdiri di dekat rak dokumen, sementara Rian berpura-pura mencari berkas.
10664Please respect copyright.PENANATiV3Pf2sIG
> “Panas banget ya... sampe serasa mandi keringat.”
10664Please respect copyright.PENANACgud4b6K0D
10664Please respect copyright.PENANAmHaawfrfek
10664Please respect copyright.PENANAIxpsgdgJ0t
> “Iya, Mas... aku juga risih banget. Maaf ya kalau... bau.”
10664Please respect copyright.PENANA7PLkNRcU3m
10664Please respect copyright.PENANAl59QbpccWn
10664Please respect copyright.PENANAFUACEVLZON
Rian tertawa kecil. “Justru... itu bikin kamu beda dari yang lain. Nggak semua cewek bisa kayak kamu—natural.”
10664Please respect copyright.PENANAf2O1HiZmyr
Riska tersenyum kikuk. “Hehe... gitu ya...”
10664Please respect copyright.PENANAaBkTTLEfUY
> “Eh, kamu sering pegel-pegel nggak sih pas kerja duduk terus?”
10664Please respect copyright.PENANAaPLMFtyTja
10664Please respect copyright.PENANAJNNKcrX6uz
10664Please respect copyright.PENANABFGgJEewdp
> “Lumayan sih... kenapa?”
10664Please respect copyright.PENANAl62kY9hsjt
10664Please respect copyright.PENANAJmHVtnYmq0
10664Please respect copyright.PENANA3YWOkoA0rW
> “Gue pernah belajar dikit soal pijat ringan. Mau coba?”
10664Please respect copyright.PENANAtAMEwNR1av
10664Please respect copyright.PENANA293GzK0UBA
10664Please respect copyright.PENANAl0k4RiTzNv
Riska ragu. Tapi karena merasa nggak enak menolak dan karena Rian terdengar yakin, ia mengangguk pelan.
10664Please respect copyright.PENANAxvA3qGiiaI
> “Oke, tapi jangan keras-keras ya... aku gampang geli.”
10664Please respect copyright.PENANAdmKNOChvPx
10664Please respect copyright.PENANAXLJ0OF2x7Y
10664Please respect copyright.PENANAjW3Oio7xjr
> “Tenang... gue pelan.”
10664Please respect copyright.PENANAwpjB9vTu8z
10664Please respect copyright.PENANAJJKD2OeTKo
10664Please respect copyright.PENANAoBallpgY8U
Rian menyuruh Riska berdiri dan mengangkat tangan tinggi. Ia berdiri di belakang Riska, memandunya pelan seolah gerakan peregangan. Tubuhnya makin dekat... dan akhirnya menempel.
10664Please respect copyright.PENANALYxE1BzeDn
Bagian bawah tubuh Rian menekan pantat Riska. Lembut, seperti sengaja tapi dibalut alasan profesional. Riska sempat kaget... tapi tidak bergerak. Ia bingung—harus menolak atau diam?
10664Please respect copyright.PENANALxWIp9omOn
> “Nah, titik tegangnya di sini...” bisik Rian sambil menekan lembut sisi tubuh Riska, dekat ketiaknya yang lembap.
10664Please respect copyright.PENANANtImexeLiU
10664Please respect copyright.PENANARqtJgu5o30
10664Please respect copyright.PENANATbzidHQfVM
Rian pura-pura fokus, padahal ia sedang menghirup aroma tubuh Riska dari dekat. Peluh segar, asin, dan bau alami perempuan yang belum terkontaminasi parfum.
10664Please respect copyright.PENANAdB2yzm6w79
> “Rileks ya, Ris... tarik nafas pelan...”
10664Please respect copyright.PENANAfUIdk9U2zN
10664Please respect copyright.PENANAAHHzzBeJox
10664Please respect copyright.PENANAjb4g6Rstxv
Riska menurut. Matanya merem. Nafasnya berat. Entah kenapa, tubuhnya terasa hangat. Ada getaran aneh di bagian bawah perutnya. Ia tak tahu... apakah ini salah?
10664Please respect copyright.PENANAC6ECXd5zey
Di belakang, Rian makin menekan bagian bawah tubuhnya, gerakan kecil dan pelan... cukup untuk mencari pelepasan. Napasnya mulai memburu. Riska bisa merasakannya—tapi tetap diam. Bingung. Antara takut dan... menikmati?
10664Please respect copyright.PENANARPuqgs8j1F
Dalam hitungan detik, tubuh Rian menegang. Ia menahan erangan, lalu perlahan mundur satu langkah.
10664Please respect copyright.PENANAiYAOIoYGyy
> “Sorry... tadi... kebablasan. Tapi kamu luar biasa, Ris.”
10664Please respect copyright.PENANAogyRJkq1Lo
10664Please respect copyright.PENANAZpEFOeStwa
10664Please respect copyright.PENANANpvesmZ2la
Riska tak menjawab. Tubuhnya gemetar. Di antara rasa bersalah... ada kenikmatan yang baru ia kenali.
10664Please respect copyright.PENANAjV3H00aTgg
10664Please respect copyright.PENANAXLS1aLEyJl
---
10664Please respect copyright.PENANAIuOlZQWNVq
Malamnya... di rumah
10664Please respect copyright.PENANAxGPxjn2M28
Riska duduk di ranjang, termenung. Jaka yang sedang mengganti baju, menatapnya heran.
10664Please respect copyright.PENANAxwAaGh3vow
> “Kenapa, Sayang? Kamu diem banget.”
10664Please respect copyright.PENANAykJY8lpGGf
10664Please respect copyright.PENANAubvxHySmnU
10664Please respect copyright.PENANA8b6wgzmSeu
> “Aku... aku tadi di kantor... digituin Mas Rian.”
10664Please respect copyright.PENANAxsLPDPaQk5
10664Please respect copyright.PENANA4UEoYMaxfN
10664Please respect copyright.PENANAS6XgdZtWn9
Jaka diam. Lalu duduk di sebelah Riska. “Digimanain?”
10664Please respect copyright.PENANA7OUuUp879o
Riska pelan-pelan cerita. Tentang ruangan kecil. Keringat. Sentuhan. Sampai tekanan dari belakang. Ia bahkan mengaku tak menolak, dan... menikmati. Wajahnya merah saat bilang itu.
10664Please respect copyright.PENANAMgSPAMu0xU
Jaka menunduk. Matanya kosong sebentar. Tapi bukan marah yang keluar—melainkan napas panjang dan lirih.
10664Please respect copyright.PENANA2gPZeTnPUm
> “Pas kamu pulang tadi... aku cium badan kamu. Dan... aromamu itu... asli. Keringatmu. Asem. Tapi... aku malah bergairah.”
10664Please respect copyright.PENANAT74I0KUm3x
10664Please respect copyright.PENANA0anUqzEdJJ
10664Please respect copyright.PENANAvIH8FRwtgq
Riska menoleh, terkejut.
10664Please respect copyright.PENANAyircOFoR4h
> “Mulai sekarang... jangan pake deodoran lagi. Jangan tutupi baumu. Aku suka... kamu yang asli.”
10664Please respect copyright.PENANAfsjffd3PtB
10664Please respect copyright.PENANANUfLALaKoO
10664Please respect copyright.PENANAF04fE5yMcB
Ia mencium leher Riska—menempelkan bibir di kulit yang masih sedikit basah. Ia menjilat pelan. Riska merem, tubuhnya merinding.
10664Please respect copyright.PENANAbzPQMzbnd9
Untuk pertama kalinya... ia merasa dilihat sebagai perempuan. Bukan hanya istri. Tapi tubuh, aroma, dan gairahnya... diinginkan.
10664Please respect copyright.PENANAlrvXxNkUI8
Dan malam itu... dimulailah perjalanan baru yang lebih liar.