x
Bandara Soekarno-Hatta, Pagi Hari
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ27VjAlTKcA
Nadira menyesuaikan langkahnya di belakang Bima, tangannya erat memegang troli koper kecil berisi dokumen dan beberapa pakaian kerja. Suara sepatu haknya yang beradu dengan lantai bandara terdengar tegas, seolah ingin menutupi kegelisahannya.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn5KA3snZto
"Jangan terlalu jauh dariku," Bima melirik ke belakang, suaranya rendah tapi tegas. "Kita boarding bareng."
Nadira mengangguk cepat, mempercepat langkahnya hingga sejajar. "Aku masih belum percaya ini benar-benar terjadi," bisiknya, jari-jarinya memainkan ujung blazer-nya.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX3u28Z7U9Q
Bima tersenyum, satu tangan dengan santai menyentuh punggung Nadira, mengarahkannya ke jalur prioritas. "Kamu pikir aku bakal biarin kamu terbang sendirian? Setelah weekend kita?"
Wajah Nadira memanas. Weekend itu, dua malam penuh di mana Bima memakainya sampai tubuhnya gemetar, sampai ia berjalan tertatih-tatih ke kantor.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2Jx3KyBVXM
"Jangan diingat-ingat di sini," desisnya, menoleh ke samping agar Bima tak melihat senyum kecutnya.
Tapi Bima tahu. Selalu tahu.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtBbZcs2kSx
Kursi kulit yang lebar, privasi yang cukup, dan champagne yang sudah menunggu di atas nampan. Bima mengangkat gelasnya, mengetuk perlahan gelas Nadira.
"Untuk proyek sukses," ujarnya, tapi matanya masih ingin berkata hal lain. "Dan untuk hal-hal lain yang tidak bisa kita bicarakan di depan umum."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHKdg8ARHDt
Nadira meneguk champagne-nya, cairan dingin itu mengalir ke tenggorokan, tapi tidak semeredam rasa panas yang merambat di kulitnya setiap kali Bima memandangnya seperti itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Bima tiba-tiba, jari-jarinya yang panjang mengetuk-ngetuk sandaran kursi.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu5PsCqVBMM
"Kenapa tanya?"
"Kamu menggigit bibir bawahmu. Seperti nervous."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrMzc8gydpp
Nadira menjawab seadanya. "Aku cuma mikirin meeting besok."
Bima tertawa pendek, lalu mencondongkan badan, bibirnya hampir menyentuh telinga Nadira. "Bohong. Kamu mikirin apa yang akan kulakukan padamu di suite nanti."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS9lNV1b10h
Perjalanan berlangsung lancar tanpa ada kendala cuaca, tak terasa mereka sudah sampai Bandara Changi. Saat menunggu bagasi, ponsel Nadira bergetar di saku blazernya. Pada layar ponselnya menampilkan nama yang langsung membuat jantungnya berdetak lebih kencang—Bu Ratih.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfdARe0ptIY
Dia melirik ke arah Bima yang sedang sibuk memantau conveyor belt, lalu membuka pesan itu dengan jari yang sedikit gemetar.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQnvsvP3kIA
Bu Ratih: "Nadira, ingat, kamu di sana bukan hanya untuk meeting. Kamu bawa nama perusahaan. Pastikan proyek ini berjalan lancar, bawa pulang kontrak yang menguntungkan kedua belah pihak. Jangan sampai ada kesalahan yang bisa merugikan kita."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡROH9evB6G3
Nadira menghela napas, jempolnya segera menari di atas layar.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ98jTZmhOEb
Nadira: "Siap, Bu. Saya sudah persiapkan semuanya. Data lengkap, proposal revisi terakhir sudah saya bawa, dan saya akan pastikan semua diskusi tetap pada track-nya."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4QT8mChUEJ
Dia memencet send, lalu menatap ponselnya, seolah-olah Bu Ratih bisa muncul dari balik layar dengan tatapan tajamnya.
Tak sampai sepuluh detik, balasan datang.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlPM9l3lNJy
Bu Ratih: "Good. Oh, dan satu lagi..."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbTJfgEGYN8
Nadira menahan napas, menunggu apa yang akan di ketik oleh Bu Ratih
.
Bu Ratih: "Have fun di sana. Jangan lupa pengaman ya, Nadira. ;)"
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzcCvcid2ed
Dia tersentak. Ponselnya hampir terjatuh. Pipinya memanas dalam sekejap, rasanya seperti seluruh bandara tahu apa yang baru saja dibacanya.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiWryWXTf2V
"Nadira?" Bima mendekat, tas kerjanya sudah tergantung di bahu. "Kamu kenapa? Wajahmu merah banget."
Nadira segera mematikan layar ponselnya. "Nggak, nggak ada. Cuma... Bu Ratih ngirim reminder soal meeting besok."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX1SmI4fo8A
Bima mengangkat alis, ia dengan jeli menangkap Nadira, membaca adanya kebohongan disana. "Oke. Tapi kalau sampai besok wajahmu masih semerah itu saat meeting, semua orang akan tahu kamu bohong."
Nadira mengatupkan gigi. "Diam."
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKVPodw7Gh3
Tapi Bima sudah berbalik, berjalan menuju pintu exit dengan langkah percaya diri. Nadira mengikutinya, tapi pikirannya masih tertahan pada pesan Bu Ratih.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ32YwWzOO9m
"Dia tahu. Benar-benar tahu."
Dan yang lebih membuatnya bergidik,
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzodKxd0gRY
Bu Ratih mengizinkannya.
40Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzvRPgZ6rSg
Baca lengkapnya di >> https://victie.com/novels/wanita_karir_pecinta_manhwa
ns3.138.60.117da2
