
Hari-hari berlalu dengan detak jantung yang tak pernah benar-benar tenang.
41Please respect copyright.PENANAnNAsdixbmt
Kalimat “minggu depan” dari pesan Bima, jatuh pada hari ini. Nadira duduk di meja kerjanya, jemarinya mengetuk permukaannya dengan ritme tak menentu. Layar komputernya menyala, dokumen-dokumen proyek Agra Group terbuka, tapi pikirannya jauh, sangat jauh dari angka-angka dan strategi bisnis.
41Please respect copyright.PENANAygAmYMUWGq
Di sudut layar, notifikasi kalender mengingatkannya: " 19.00 – Meeting dengan Pak Bima." Hanya membaca namanya saja sudah cukup membuat napasnya tertahan..
41Please respect copyright.PENANAsQac7419TA
Bu Ratih, dengan senyum yang khas, telah memastikan pertemuan ini terjadi. Sehari setelah mendapatkan pesan dari Bima, di sela-sela rapat, ia menyenggol Nadira dan berbisik, “Pak Bima sudah menghubungimu? Kuberi dia nomormu. Jangan marah. Pria seperti itu tidak datang dua kali." Nadira sudah menduga akan hal lagi, kalau bukan dari Bu Ratih, dari siapa lagi Bima bisa mendapatkan nomornya.
41Please respect copyright.PENANAlphAz0wPA4
"Ohya..soal kalian di Bali, dia sempat bercerita padaku sebelumnya.” lalu ekspresinya berubah, ekspresi jahil terpancar dari raut wajah Bu Ratih, “Katanya penampilan kamu menarik saat itu, sampai membuatnya pangling? Hmm... Aku bisa lihat kenapa dia tergoda dan makin ingin dekat dengan kamu." Nadira nyaris tersedak air mineralnya. Tapi Bu Ratih hanya tertawa, menambahkan, "Santai, Nad. Dia pria baik. Dan yang paling penting... dia sangat-sangat menginginkanmu."
41Please respect copyright.PENANATifWE5ieIV
Kalimat itu terus bergema di kepalanya.
41Please respect copyright.PENANAsD4ODkjBQ3
***
41Please respect copyright.PENANAKgNv6QhB70
Restoran itu sepi, hanya diisi oleh bisik-bisik pelanggan dan denting gelas anggur.
41Please respect copyright.PENANAlMH4FchiYq
Untuk pertemuan hari ini, Nadira memilih gaun hitam sederhana yang dipadukan dengan Blazer kerjanya, ia tak mungkin pulang terlebih dahulu untuk mengganti baju. Jadi hari ini ia memilih gaun yang simple tapi tetap profesional untuk dikenakan di kantor. Namun tetap saja gaun itu memberi gambaran lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sesuatu yang ia tahu akan menarik perhatian Bima. Dan ia tidak salah.
41Please respect copyright.PENANAfb92wQsIDs
Begitu Bima melangkah masuk, matanya langsung menemukannya. Seperti radar yang terlatih. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan jas hitam, tampak sempurna seperti selalu. Tapi yang membuat Nadira tersipu adalah bagaimana tatapannya menyapu tubuhnya, perlahan, dari ujung rambut hingga ke sepatu hak tingginya. Seolah ia sedang menandai wilayah.
41Please respect copyright.PENANA5Y1AOFBDJG
"Kamu terlihat cantik," ujarnya langsung, tanpa basa-basi, saat duduk di depannya. Suaranya rendah, hanya untuk Nadira.
"Terima kasih," Nadira menjawab, berusaha terdengar biasa saja. Tapi jemarinya gemetar memegang menu.
41Please respect copyright.PENANAUVMhHVXFbP
Makan malam berlangsung dengan percakapan ringan, tentang proyek, cuaca, bahkan rekomendasi wine. Tapi di antara semua itu, ada ketegangan yang tak terucapkan. Kaki Bima sesekali menyentuh miliknya di bawah meja. Tatapannya kerap terjebak di bibir Nadira saat ia menyesap anggur.
41Please respect copyright.PENANAQNDfjSslJP
Dan setiap kali ia memanggil namanya—"Nadira" nada suaranya seperti sebuah perangkap..
41Please respect copyright.PENANAcn9eVjGGOG
Sampai akhirnya, Bima meletakkan gelasnya. "Aku lelah berpura-pura," katanya tiba-tiba dan mengganti kata 'saya' yang biasanya digunakan menjad 'aku'.
Nadira mengangkat alis. "Tentang apa?"
41Please respect copyright.PENANAR7sznmsNz5
"Tentang ini. tentang perasaanku ke kamu." Tatapnya tajam, menggunakan pandangannya untuk menyatakan keseriusannya pada Nadira.
"Aku tidak ingin membuang waktu dengan permainan. Kamu tahu apa yang aku inginkan."Nadira menelan ludah. "Dan apa itu?"
41Please respect copyright.PENANA1gjNV5UiXM
Bima mendekat, siku di atas meja, wajahnya hanya berjarak sejengkal. "Kamu. Aku mau kamu sepenuhnya."
Dunia seakan berhenti. Nadira bisa mendengar detak jantungnya sendiri, berdebar kencang seperti drum perang.
41Please respect copyright.PENANAPWZqXrErZh
"Aku tidak—" ucap Nadira yang juga mengganti gaya bicaranya menjadi lebih casual, namun belum sempat selesai bicara, "Jangan berbohong," Bima memotong, "Aku lihat caramu memandangku. Aku tahu kita memiliki perasaan yang sama."
Nadira tersentak. "I-itu..." Bima tersenyum, "Meskipun tidak banyak kata, tapi bahasa tubuh kita lebih jujur dalam mengungkapkan perasaan kita kan?" Muka Nadira memerah. Ia tidak bisa mengelak dari kalimat itu.
41Please respect copyright.PENANAQFPQOgOgS0
Ia pernah tenggelam dalam fantasinya tentang Bima, semua tentang pria itu mengubah semua yang ada didalam hidup Nadira selama ini. Baginya, pria ini memiliki magnet yang begitu kuat untuk menarik semua hal yang ada di diri Nadira.
Bahkan Nadira meraih orgasme pertamanya dari khayalannya tentang Bima, dan ia sadar, saat ini dihadapannya, ada pintu terlarang yang siap untuk dibuka.
41Please respect copyright.PENANA4OJUNAAVf0
Baca kelanjutannya di >> https://victie.com/novels/wanita_karir_pecinta_manhwa41Please respect copyright.PENANAMpCGnAEZUy
41Please respect copyright.PENANAw3OFaHi7uQ