
Udara di kamar kos Ario masih menyimpan jejak keintiman yang baru saja terjadi. Napas keduanya mulai mereda, namun ketegangan dalam dada masing-masing justru makin mengeras. Ario berbaring di sisi Nadira, menatap langit-langit kamar. Nadira, yang hanya tertutup selimut tipis, masih merasakan getaran samar pada tubuhnya.
33Please respect copyright.PENANAxe7rC58t3O
Tangannya terangkat pelan, mengusap pundaknya sendiri, bekas cengkeraman Ario masih terasa. Tapi bukan itu yang membuatnya termenung. Bukan rasa sakit ringan itu, melainkan kata-kata Ario tadi. "Gue pengen kita pacaran, Nad."
Nadira menggigit bibir bawahnya.
33Please respect copyright.PENANABBueefik0U
“Lo mikirin apa?” suara Ario memecah keheningan, rendah dan serak.
“Enggak,” jawab Nadira singkat.
33Please respect copyright.PENANAD5Pgwhpxkt
“Lo bohong,” balas Ario pelan.
Nadira menoleh. “Lo selalu bisa baca ekspresi gue ya?”
33Please respect copyright.PENANAyTDl9CiYoN
Ario menatapnya datar. “Lo bukan cewek yang bisa nutupin pikiran. Apalagi abis... kayak tadi.”
33Please respect copyright.PENANAXuGkRUUflA
Hening sebentar.
33Please respect copyright.PENANAdmzeE29ppv
“Lo seriuskan udah nyerahin tubuh lo untuk gue?” tanya Ario akhirnya.
Nadira tidak menjawab langsung. Ia menarik selimut lebih tinggi ke dadanya, menatap jendela yang sudah menghitam di luar.
33Please respect copyright.PENANAVVpGCrFNLs
“Gue cuma... masih gak percaya gue selepas ini sama lo akhirnya,” ucapnya pelan. “Apa yang lo lakuin tadi, hampir mirip sama yang sering Bima lakuin... Tubuh gue langsung ngerti harus ngapain.”
Ario mendekatkan wajahnya. “Lo nyesel?”
33Please respect copyright.PENANA7mNXzXMz4O
Nadira menggeleng. “Enggak. Tapi... lo gak takut, Yo? Kalau semua ini cuma kepuasan sesaat?”
“Gue takut,” Ario mengaku. “Tapi yang lebih gue takutin... kalau lo masih mikirin Bima saat lo lagi sama gue.” Nadira menoleh pelan. “Itu hal yang gak bisa gue janjiin hilang secepat itu.”
33Please respect copyright.PENANARz9pqI0VL7
Ario mendesah, ia menindih lagi tubuh Nadira, tangannya mencengkeram pergelangan tangan gadis itu dengan erat. "Ceritain semuanya," desisnya, nafasnya masih berat di telinga Nadira. "Gue mau tau apa aja yang udah dilakuin sama Bima ke tubuh lo!"
33Please respect copyright.PENANAhSkHkw1soq
Nadira menegang, ia memalingkan wajah, pipinya memerah. "Udah... udah banyak banget, Yo. Buat apa lo—ahh!"
Protesnya terpotong saat Ario tiba-tiba mendorong jari tengahnya ke dalam, membuat tubuh Nadira melengkung.
33Please respect copyright.PENANATpPmhqwPyJ
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.33Please respect copyright.PENANALYmsFHwc8Y