
Pagi di kamar kos Ario disambut dengan suara desahan pelan dan decak basah yang tak putus-putus.
32Please respect copyright.PENANAaJHzMSASX3
Nadira berlutut di antara kaki Ario, wajahnya terhalang oleh rambut hitam yang berantakan, tapi matanya, matanya—terus menatap ke atas, memandang langsung ke lensa kamera ponsel yang dipegang Ario.
32Please respect copyright.PENANAaFLM1satIA
"Enak, Nad?" tanya Ario, suaranya serak. Tangan kirinya menjambak rambut Nadira dengan erat, mengarahkan gerakan kepala itu sesuai keinginannya.
Nadira mengangguk pelan, bibirnya yang merah masih melingkari batang Ario yang keras. "Enak, Tuan," gumamnya, suaranya getar namun patuh, sebelum kembali menunduk, mengambil lebih dalam.
32Please respect copyright.PENANAYlEpz0Dy3l
Ario menghela napas, jarinya menekan tombol rekam lebih kuat. "Gue boleh kan ngerekam lo gini?"
Nadira berhenti sejenak, lidahnya menjilat pangkal kontol Ario dengan gerakan memutar. "Budak gak boleh nolak permintaan Tuannya," jawabnya, suaranya seperti mantra yang sudah dihafal.
32Please respect copyright.PENANATMdeJtazxI
Matanya berbinar licik sebelum kembali melahap, kali ini lebih dalam, sampai Ario bisa merasakan ujungnya menyentuh tenggorokan Nadira.
32Please respect copyright.PENANA8FKPOSwPBt
"Ah—sial!" Ario menggeram, tangannya refleks menekan kepala Nadira lebih kuat. "Lo emang jago banget, Nad."
Nadira tidak menjawab. Ia fokus pada tugasnya, melayani dengan baik Tuan barunya. Lidahnya bermain di bawah kepala, mengumpulkan setiap tetes pre-cum yang sudah mengumpul. Tangannya yang bebas meraba biji Ario, memijat pelan tapi pasti, sinkron dengan gerakan mulutnya.
32Please respect copyright.PENANAmkdDvtsyGi
Ario merekam setiap detil, cara bibir Nadira yang penuh itu membungkusnya dengan sempurna, bagaimana matanya berlinang air karena sesak tapi tetap tak berkedip, matanya yang terus menatap kamera seolah mengatakan, "Lihatlah betapa patuhnya aku."
32Please respect copyright.PENANARDXaozDbHW
"Gue mau lo pake tangan juga," perintah Ario tiba-tiba.
32Please respect copyright.PENANAaAH4dqwGn6
Nadira segera menuruti. Satu tangannya memompa batang Ario dengan ritme cepat, sementara mulutnya beralih ke biji, mengisapnya bergantian seperti permen. Suara basah dan erangan Ario memenuhi kamar.
"Tuan suka?" tanya Nadira di sela-sela, napasnya berat.
32Please respect copyright.PENANA8TVy4apC4c
"Lebih keras," geram Ario.
32Please respect copyright.PENANAIXnlEb7FUY
Nadira mempercepat gerakannya, tangannya memuntar setiap kali mencapai ujung, persis seperti yang Ario sukai. Mulutnya tak berhenti bekerja, lidahnya menari di setiap inci kulit sensitif yang bisa dijangkau.
Ario mengutuk dalam nafas. "Gue mau keluar, Nad. Mau dimana?"
32Please respect copyright.PENANAwfnbcDqs3M
32Please respect copyright.PENANAHybTyvZp9S
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.32Please respect copyright.PENANA2ZbOaW43LZ