
Sudah hampir satu minggu sejak Nadira mengundang Pak Yanto disudut rahasia itu, hari-harinya hanyalah sebatas ke rutinitas biasa, tapi semuanya sudah tak lagi sama.
Tak ada kehangatan seperti dulu kala.
34Please respect copyright.PENANA2Cknhidl02
Di lantai itu, dulu terasa penuh nyawa kini sunyi seperti gedung kosong yang masih berdiri hanya karena kewajiban. Tak ada lagi lelucon di grup chat internal. Tak ada lagi kopi pagi di pantry, atau suara tawa Dina yang selalu mengisi udara, candaan Evan, atau bahkan perhatian kecil dari Rani. Mereka semua seperti perlahan menarik diri dari lingkar yang dulu hangat. Nadira masih duduk di kursinya yang sama, mengetik dokumen dan menjawab email dengan presisi, tetapi hatinya kosong. Hari-hari berjalan seperti kabut tipis yang tak punya wujud. Ia sadar betul: yang berubah bukan hanya keadaan di luar, tapi dirinya sendiri.
34Please respect copyright.PENANAy3wc3u8Z0v
Dan satu-satunya yang mampu memalingkan pikirannya dari kehampaan itu, saat ini, sedang berada di ranjangnya.
34Please respect copyright.PENANAyqfIjQpT58
***
34Please respect copyright.PENANAJwAQ6zAwSb
Kamar apartemen itu sunyi, hanya diterangi lampu tidur redup yang menyebar warna oranye lembut ke dinding-dinding krem. Tirai jendela masih setengah terbuka, membiarkan siluet Jakarta di kejauhan berkelap-kelip di balik bayangan malam.
34Please respect copyright.PENANAlznvmmzqhi
Nadira terbaring menyamping, tubuhnya setengah tenggelam dalam sprei kusut yang hangat dan lembap oleh keringat. Kakinya sedikit menekuk, dada naik turun, dan rambutnya yang tergerai setengah menutupi wajahnya.
34Please respect copyright.PENANA4qobTZPNON
Di belakangnya, Pak Yanto dengan tubuh buncitnya, dada yang lebar dan kulit sawo matang, menggenjot tubuh Nadira perlahan dari samping.
34Please respect copyright.PENANAKdFXgoUDo9
Tangan kirinya mencengkeram erat pinggang Nadira, menahannya di posisi yang membuatnya tak bisa bergerak terlalu jauh. Tangan kanannya berada di lehernya, tidak menekan keras, tapi cukup untuk membuat Nadira merasa diambil alih, dituntun, dijaga, dan dikuasai dalam waktu bersamaan. Gerakannya pelan, tapi menghantam dalam dan padat, seperti irama yang sudah dipelajari dari tubuh Nadira sendiri. Setiap kali pinggul pria itu menumbuk bagian belakang tubuhnya, Nadira mengerang pelan. Bibirnya basah, sedikit terbuka. Matanya setengah terpejam, dan napasnya bergetar setiap kali cengkeraman di lehernya berubah intensitas.
34Please respect copyright.PENANA3lVg6FH2sT
“Enak, Mbak?” bisik Pak Yanto, suaranya serak dan dalam di balik punggungnya.
34Please respect copyright.PENANAraOzWgp8In
34Please respect copyright.PENANAOSxG6voDJQ
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.34Please respect copyright.PENANAXAHNsiFlYX