
Bima akhirnya mengantar Nadira pulang setelah hari-hari penuh berhubungan intim tanpa henti.
125Please respect copyright.PENANAIpDfl3jsvs
Mobilnya berhenti di depan lobby apartemennya, Bima menarik Nadira ke dalam ciuman yang dalam, lidahnya menjelajahi mulut Nadira yang sudah bengkak akibat terlalu banyak digunakan. Tangannya lagi-lagi mencoba meremas payudara kiri Nadira yang montok, lalu turun ke selangkangannya, menekan melalui bahan roknya.
125Please respect copyright.PENANAh5mJcXhbzQ
"Udah, Bim..." Nadira memutuskan ciuman itu dengan napas tersengal, wajahnya memerah. "Lihat aku, cara jalannya aja udah kayak orang baru pertama kali naik kuda. Selangkanganku rasanya ada yang ganjel gara-gara kamu pake terus-terusan."
Bima tertawa lebar, matanya berbinar penuh kepuasan. "Bilang aja kalau kamu abis dipake aku selama dua malam. Biar semua orang tahu kamu milik siapa."
125Please respect copyright.PENANATj4EtxAdap
"Dasar!" Nadira mencubit lengan Bima, tapi senyum kecil mengembang di bibirnya.
125Please respect copyright.PENANAkfC7ltwDGC
Setelah berpisah, Nadira berjalan tertatih-tatih menuju lift. Rasanya semua orang di lobby memperhatikan cara jalannya yang aneh. Seorang satpam bahkan menawarkan bantuan, "Ibu baik-baik saja? Keseleo ya?"
125Please respect copyright.PENANALTyoO2bOEL
"Ah, iya... terima kasih," jawab Nadira cepat-cepat, wajahnya memanas.
Begitu sampai di apartemennya, ia langsung terjatuh ke kasur. Tubuhnya terasa seperti ditabrak truk. Ponselnya yang selama tiga hari diabaikan tiba-tiba berbunyi, mengingatkannya pada kehidupan nyata yang sempat ia lupakan.
125Please respect copyright.PENANAGmGR3FAPaK
"Astaga..." gumamnya saat melihat deretan notifikasi yang menumpuk.
125Please respect copyright.PENANAiA7QmyTxY6
Group WhatsApp kantor penuh dengan pesan:
125Please respect copyright.PENANAf3SJayihVk
[Dina]: Nadira kemana nih? Project Agra mau diupdate
[Ario]: Iya nih, tumbenan ga respon
[Evan]: Jangan-jangan sakit?
125Please respect copyright.PENANAFG4F5Dql3n
Yang membuat Nadira tersentak adalah pesan dari Bu Ratih:
"Besok langsung ke ruangan saya. First thing in the morning."
125Please respect copyright.PENANAErV0TeExO5
Nadira hanya bisa menghela napasnya pelan, kebersamaannya dengan Bima, membuat dirinya lupa ia memiliki kehidupan yang lain.
125Please respect copyright.PENANArgi8ZTZYHf
***
125Please respect copyright.PENANAwSu76FXwFl
Esok harinya di kantor, Nadira berusaha berjalan senormal mungkin meski rasanya seperti ada pisau kecil di antara pahanya.
125Please respect copyright.PENANAWEOlCoPGVw
"Nad! lo kemana aja sih?" Dina langsung menyergap begitu Nadira masuk. "Kami khawatir lo kecelakaan atau apa."
Ario yang biasanya santai malah terlihat serius. "Lo ga pernah gini, Nad. Minimal bales chat lah."
125Please respect copyright.PENANA1KcuMjg6Hs
Nadira menghela napas. "Gue... cuma butuh me time. Stres kerjaan numpuk terus." Ia menggosok pahanya pura-pura kesakitan. "Terus gue terpleset di kamar mandi. Makanya jadi pengen rebahan aja kemarin."
125Please respect copyright.PENANATycYevqh2f
Rani mengernyitkan dahi. "Tapi dari sabtu ga bales chat? Lo biasanya paling cepat respon."
"Maafin aku ya guys," Nadira mengangkat tangan. "Gue emang salah ga kasih kabar."
125Please respect copyright.PENANAwz1Xnoc1YB
Sebelum interogasi berlanjut, Bu Ratih muncul di pintu kantor. "Nadira, ruangan saya, sekarang!"
125Please respect copyright.PENANATH5jsV6FR0
Ruangan Bu Ratih harum seperti biasa dengan aroma kayu manis. Wanita paruh baya itu duduk dengan sikap tegas, tapi matanya berbinar penuh arti.
"Kamu tahu posisimu di perusahaan ini, kan?" Bu Ratih mulai tanpa basa-basi. "Sebagai senior consultant yang handle klien-klien besar, hilang tiga hari tanpa kabar itu tidak acceptable."
125Please respect copyright.PENANARimtwhxiP4
Nadira menunduk. "Saya minta maaf, Bu. Itu kelalaian saya."
125Please respect copyright.PENANAEEBKVJrJQY
"Untungnya para direktur tidak tahu. Kalau tidak, surat peringatan sudah menunggumu." Bu Ratih menyilangkan tangan. "Tapi yang lebih membuat saya penasaran..." Dia berdiri dan berjalan mendekati Nadira, matanya menyapu tubuh Nadira dari ujung kepala sampai kaki. "...adalah cara jalanmu yang lucu itu." Bu Ratih tiba-tiba tersenyum dengan raut wajah menggoda. "Weekend yang menyenangkan ya, Nadira?"
125Please respect copyright.PENANAPJjogcgkOn
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.143da2