
Udara malam Singapura terasa hangat meskipun angin sesekali berhembus pelan, membawa aroma makanan dari hawker center yang masih ramai di kejauhan. Lampu-lampu kota berkilauan seperti bintang yang terjatuh, memantulkan cahayanya di permukaan sungai yang tenang. Nadira menyesuaikan langkahnya dengan Bima, jari-jarinya terasa hangat tergenggam erat dalam tangan pria itu. Rasanya aneh, tapi dalam cara yang menyenangkan, seperti kembali menjadi remaja yang baru pertama kali pacaran.
37Please respect copyright.PENANA7RIdGcPoKX
"Aku suka malam ini," Nadira akhirnya berbicara, suaranya ringan, hampir tertelan oleh suara lalu lintas yang lalu-lalang di belakang mereka.
Bima menoleh padanya, senyum kecil mengembang di bibirnya. "Kenapa? Karena kita jalan-jalan santai kayak orang baru pacaran?"
37Please respect copyright.PENANAzEHIsGHtnL
Nadira mencubit lengannya, tapi tidak bisa menahan tawa. "Dasar! Aku cuma bilang aku suka aja. Biasanya kita cuma berduaan kalau gak di resto ya.. di kamar, jadi rasanya berbeda."
Bima menghentikan langkahnya sebentar, memandang Nadira dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Kamu ngerinduin hal kayak gini?"
37Please respect copyright.PENANAqE9k0rOURM
Nadira mengangkat bahu,. "Aku gak pernah pacaran lagi kan setelah mantanku waktu kuliah. Jadi iya, mungkin aku agak kangen sama hal-hal kayak gini. Jalan-jalan gak jelas, ngobrolin hal receh, kayak... kayak orang normal."
Bima mengangguk pelan, seperti mencerna kata-katanya. "Kamu kan bisa minta kayak gini kapan aja."
37Please respect copyright.PENANALFYfv6wNyN
"Aku bukannya gak mau minta, kamu yang terlalu mendominasi kan kemarin-kemarin," Nadira menjawab jujur. "Kamu kan juga sibuk, selalu ada agenda. Aku pikir kamu tipe yang gak suka quality time kayak gini. Makanya kita pacarannya kebanyakan di ranjang."
37Please respect copyright.PENANAGJZN6s7tI1
Bima tertawa pendek, lalu menarik Nadira lebih dekat, lengannya sekarang melingkari pinggangnya. "Aku emang gak suka buang-buang waktu. Tapi sama kamu, ini gak buang-buang waktu. Ini investasi."
Nadira memicingkan mata. "Investasi apaan?"
37Please respect copyright.PENANAG766Lpw9cz
"Biar kamu makin cinta sama aku," Bima menjawab dengan nada menggoda, tapi ada kejujuran di baliknya yang membuat Nadira tersipu.
Mereka terus berjalan, kali ini menyusuri tepian sungai, di antara pasangan-pasangan lain yang juga sedang menikmati malam. Beberapa tertawa, beberapa hanya duduk diam, menikmati kebersamaan. Nadira mengamati mereka sebentar sebelum kembali fokus pada Bima.
37Please respect copyright.PENANA8H84N7D3Br
"Aku gak pernah nanya," Nadira memulai lagi. "Waktu istri kamu masih ada, kalian kayak gimana?"
37Please respect copyright.PENANApnejYMkia3
Bima menarik nafas pelan, ia cukup kaget Nadira bertanya mengenai hal itu. Lalu tiba-tiba wajahnya berubah lebih serius. "Dulu sama istriku, kami sering kayak gini. Suka jalan-jalan tanpa tujuan, cuma buat ngobrol."
Nadira menahan napas. Ini pertama kalinya Bima secara sukarela menceritakan mendiang istrinya. "Kalian biasanya ngapain aja?" tanyanya pelan.
Bima memandang ke kejauhan, seperti sedang mengingat. "Dia suka banget es krim. Sering nagih minta diajak ke tempat yang jual es krim unik. Pernah satu kali kami naik motor dari Bandung ke Lembang cuma buat nyobain es krim rasa jagung."
37Please respect copyright.PENANAE4wQOLrWJN
Nadira tersenyum. "Kamu ingat banget ya?"
"Iya," jawab Bima singkat. Tapi Nadira bisa melihat matanya berkaca-kaca sebentar sebelum dia mengalihkan pandangan.
37Please respect copyright.PENANARxD1nDYHrO
Nadira memutuskan untuk mengubah topik. "Kamu tau gak, aku dari tadi ngidam es krim rasa matcha. Katanya di sini enak banget."
Bima langsung tersenyum, kembali ke sikapnya yang biasa. "Ah, kebetulan. Aku tau tempatnya. Dulu pas dinas sini, temen kantor rekomendasiin."
Tangan Bima yang besar menarik Nadira dengan lembut ke arah sebuah kafe kecil dengan neon sign bertuliskan "Green Tea Paradise". Begitu masuk, aroma matcha langsung menyergap indra penciuman mereka.
37Please respect copyright.PENANAicujPuMW6d
"Kita pesan apa?" tanya Nadira sambil menatap menu penuh pilihan.
"Kamu aja pilih. Aku ikutin," jawab Bima sambil menarik kursi untuknya.
37Please respect copyright.PENANAnjTJ1MESGs
Setelah memesan matcha parfait dengan mochi dan red bean, Nadira mengamati Bima yang sedang serius mengamati dekorasi kafe. "Kamu suka matcha juga?"
37Please respect copyright.PENANAwBeHhBmeq2
Bima menggeleng. "Gak terlalu. Tapi dulu istriku suka banget. Jadi aku sering nemenin dia ke tempat kayak gini."
Nadira mengangguk perlahan. "Aku... aku gak masalah kalau kamu cerita tentang dia. Malah aku pengen tau lebih banyak."
37Please respect copyright.PENANAR5EyI72YE3
Baca kelanjutannya di >> https://victie.com/novels/wanita_karir_pecinta_manhwa37Please respect copyright.PENANA6GtpepnCG0